Begini tips menulis esai untuk mendaftar kuliah S1 di luar negeri dari Wamendiktisaintek Stella Christie dan diaspora RI di luar negeri Yanti Manurung. Foto: Getty Images/iStockphoto/mangpor_2004Jakarta - Esai lazim menjadi syarat pendaftaran kuliah di luar negeri. Agar tak gagal seleksi, tak jarang calon mahasiswa mencari beragam jasa review esai yang disediakan akademisi, alumni kampus bersangkutan, hingga konselor dan agen pendidikan tinggi. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Prof Stella Christie menuturkan, esai tak sekadar syarat yang harus digugurkan siswa saat mendaftar S1 di perguruan tinggi luar negeri. Baca juga: Strategi Daftar Kuliah S1 di Luar Negeri Versi Stella Christie, Wamendiktisaintek Lulusan S1 HarvardAlumnus S1 Harvard University ini menjelaskan, esai calon mahasiswa adalah alat untuk meyakinkan perguruan tinggi tujuan bahwa ia memenuhi kriteria sosok ideal mahasiswa yang dicari perguruan tinggi. Apa saja itu, dan bagaimana cara menuangkannya ke esai? Tips Menulis Esai Kuliah di Luar NegeriKenali Mahasiswa yang Dicari Perguruan Tinggi Luar NegeriStella menjelaskan, perguruan tinggi pada dasarnya mencari calon mahasiswa dengan kemampuan akademik kuat. Kemampuan ini menjadi pendukung bahwa ia berpotensi menjalani dan menyelesaikan pendidikan tingginya dengan baik. Namun, kendati penting, nilai akademik tinggi saja tidak cukup. Begitu pula dengan nilai SAT atau TOEFL yang tinggi. Sebab, perguruan tinggi juga mencari mahasiswa yang bisa saling berkontribusi dan saling belajar dengan sesama mahasiswa selama di perkuliahan. Hal ini bisa dicerminkan lewat bukti-bukti akademik/nonakademiknya yang inspiratif, serta bukti bahwa ia bisa belajar dari orang lain, serta menggunakan sumber daya yang tersedia di sekitar. Lebih lanjut, perguruan tinggi luar negeri mencari sosok calon mahasiswa yang dapat menjadi agen perubahan dunia. Untuk menjadi salah satunya, seorang calon pelamar perlu punya bukti komitmen dan minat di bidang atau isu tertentu serta berupaya memperbaiki/meningkatkannya. Baca juga: PPI Dunia: Ini 5 Masalah Pelajar Indonesia di Luar NegeriJelaskan Perjuangan dan yang Dilakukan Untuk SesamaPada esai personalnya, Tie to the Motherland, Stella menuliskan tentang struggle (perjuangan) sebagai diaspora Indonesia di luar negeri. Di esai, ia menjelaskan bagaimana dirinya berupaya terus berbicara bahasa Indonesia hingga menari Bali. Komitmen dan passion tentang isu ke-Indonesiaan ia angkat di tulisannya. "Jadi bukan tentang saya masuk olimpiade, saya juga nggak pernah masuk olimpiade," tuturnya di Strategy Session Pendaftaran S-1 ke Perguruan Tinggi Luar Negeri (PTLN), disiarkan di kanal YouTube Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, ditulis Senin (9/12/2024). Jelaskan Bukti Kemampuan untuk Menginspirasi Orang LainStella bercerita, ia sendiri menceritakan caranya mengatasi ketidakmampuan berbahasa Inggris dengan menggunakan sumber sekitar, baik dari guru dan teman, serta kelas. Ia menggarisbawahi, personal essay akan sangat berbeda antarsiswa. Pastikan isinya sesuai dengan yang dicari kampus tujuan dan diri sendiri. Bekerja Sama dengan Guru Pemberi RekomendasiIa menekankan, guru pemberi rekomendasi harus tahu isi personal statement atau esai siswa. Dengan begitu, isi rekomendasi guru tersebut tidak sekadar mencantumkan hal-hal permukaan seperti capaian nilai akademik dan capaian prestasi saja. Jangan Buang-buang Kata dalam MenulisYanti Manurung, mantan mahasiswa Stella Christie dari SMA Unggul Del Angkatan 1 dan Swarthmore College AS jurusan ganda Biologi dan Psikologi, mengingatkan siswa untuk tidak mengulang pembahasan capaian akademik dan nonakademik yang sudah disertakan di formulir persyaratan lain ke esai. Tujuannya agar tidak buang-buang kata atau space yang terbatas pada esai. "Aplikasi lebih kuat, juga supaya tidak redundant. Informasi yang sudah ada di akademik, di transkrip, usahakan jangan diceritakan lagi di personal essay. Contoh dia sudah bilang di akademik, 'Saya juara satu dari 2.000 anak SMA, itu boleh di-mention dalam 1-2 kalimat saja sesuai konteks cerita esai, jangan buang space dan kata," ucapnya pada kesempatan yang sama. SpikeYanti mengingatkan, pastikan calon pelamar punya satu hal menonjol yang konsisten, yang disebut spike, dalam lamaran ke perguruan tinggi. Untuk itu, semua komponen aplikasi harus mendukung spike, baik transkrip akademik, skor IELTS, personal esai, maupun surat rekomendasi. Ia mengingatkan, untuk itu semuanya komponen pendaftaran harus dikerjakan sebelum kelas 12, termasuk transkip akademik dan capaian ekstrakurikuler. "Mulainya dari kelas 10 untuk ekstrakurikuler dan transkrip. Nanti kalau udah masuk November semester 1 kelas 12, sudah selesai, karena kalian harus aplikasi bulan 12 (Desember)," ucapnya. Video: Saran Pengamat Pendidikan soal Rencana Evaluasi Program LPDP |